by Abu Muawiah
Aqidah Islamiah dibangun di atas rukun iman yang enam, yaitu: Iman  kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasul-Nya, hari  akhirat, dan iman kepada takdir yang baik dan yang buruk.
Keenam rukun ini telah disebutkan secara jelas dalam Al-Qur`an dan  sunnah Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam. Allah Azza wa Jalla  berfirman:
ليس البر أن تولوا وجوهكم قبل المشرق والمغرب ولكن البر من ءامن بالله واليوم الآخر والملائكة والكتاب والنبيين
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu  kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada  Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi.” (QS. Al-Baqarah: 177)
Adapun, iman kepada takdir maka disebutkan dalam firman-Nya:
إنا كل شيء خلقناه بقدر
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan takdir.” (QS. Al-Qamar: 49)
Sementara dari As-Sunnah adalah hadits Umar bin Al-Khaththab yang  masyhur tentang kisah datangnya Jibril alaihissalam untuk bertanya  kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang iman. Maka beliau  shallallahu alaihi wasallam bersabda:
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
“Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,  para Rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik dan  yang buruk.” (HR. Muslim no. 9)
Berikut penjelasan ringkas mengenai keenam rukun iman ini:
1.    Iman kepada Allah.
Tidaklah seseorang dikatakan beriman kepada Allah hingga dia mengimani 4 perkara:
a.    Mengimani adanya Allah Ta’ala.
b.    Mengimani rububiah Allah, bahwa tidak ada yang mencipta, menguasai, dan mengatur alam semesta kecuali Allah.
c.    Mengimani uluhiah Allah, bahwa tidak ada sembahan yang berhak  disembah selain Allah dan mengingkari semua sembahan selain Allah  Ta’ala.
d.    Mengimani semua nama dan sifat Allah yang Allah telah tetapkan  untuk diri-Nya dan yang Nabi-Nya shallallahu alaihi wasallam tetapkan  untuk Allah, serta menjauhi ta’thil, tahrif, takyif, dan tamtsil.
2.    Iman kepada para malaikat Allah.
Maksudnya kita wajib membenarkan bahwa para malaikat itu ada wujudnya  dimana Allah Ta’ala menciptakan mereka dari cahaya. Mereka adalah  makhluk dan hamba Allah yang selalu patuh dan beribadah kepada-Nya.  Allah Ta’ala berfirman:
ومن عنده لا يستكبرون عن عبادته ولايستحسرون يسبحون الليل والنهار لايفترون
“Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa  angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu  bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiya`: 19-20)
Kita wajib mengimani secara rinci setiap malaikat yang kita ketahui  namanya seperti Jibril, Mikail, dan Israfil. Adapun yang kita tidak  ketahui namanya maka kita mengimani mereka secara global. Di antara  bentuk beriman kepada mereka adalah mengimani setiap tugas dan amalan  mereka yang tersebut dalam Al-Qur`an dan hadits yang shahih, seperti  mengantar wahyu, menurunkan hujan, mencabut nyawa, dan seterusnya.
3.    Iman kepada kitab-kitab Allah.
Yaitu kita mengimani bahwa seluruh kitab Allah adalah kalam-Nya, dan  kalamullah bukanlah makhluk karena kalam merupakan sifat Allah dan sifat  Allah bukanlah makhluk.
Kita juga wajib mengimani secara terperinci semua kitab yang namanya  disebutkan dalam Al-Qur`an seperti taurat, injil, zabur, suhuf Ibrahim,  dan suhuf Musa. Sementara yang tidak kita ketahui namanya maka kita  mengimani secara global bahwa Allah Ta’ala mempunyai kitab lain selain  daripada yang diterangkan kepada kita. Secara khusus tentang Al-Qur`an,  kita wajib mengimani bahwa dia merupakan penghapus hukum dari semua  kitab suci yang turun sebelumnya.
4.    Iman kepada para nabi dan rasul Allah.
Yaitu mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan manusia yang  Allah Ta’ala pilih sebagai perantara antara diri-Nya dengan para  makhluknya. Akan tetapi mereka semua tetaplah merupakan manusia biasa  yang sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan,  karenanya menyembah para nabi dan rasul adalah kebatilan yang nyata.
Wajib mengimani bahwa semua wahyu nabi dan rasul itu adalah benar dan  bersumber dari Allah Ta’ala. Karenanya siapa saja yang mendustakan  kenabian salah seorang di antara mereka maka sama saja dia telah  mendustakan seluruh nabi lainnya. Karenanya Allah Ta’ala mengkafirkan  Yahudi dan Nashrani tatkala tidak beriman kepada Muhammad shallallahu  alaihi wasallam dan Allah mendustakan keimanan mereka kepada Musa dan  Isa alaihimassalam, karena mereka tidak beriman kepada Muhammad  shallallahu alaihi wasallam.
Juga wajib mengimani secara terperinci setiap nabi dan rasul yang kita  ketahui namanya. Sementara yang tidak kita ketahui namanya maka kita  wajib mengimaninya secara global. Allah Ta’ala berfirman:
ولقد أرسلنا رسلاً من قبلك منهم من قصصنا عليك ومنهم من لم نقصص عليك
“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu,  di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka  ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Ghafir: 78)
5.    Iman kepada hari akhir.
Dikatakan hari akhir karena dia adalah hari terakhir bagi dunia ini,  tidak ada lagi hari keesokan harinya. Hari akhir adalah hari dimana  Allah Ta’ala mewafatkan seluruh makhluk yang masih hidup ketika itu  -kecuali yang Allah perkecualikan-, lalu mereka semua dibangkitkan untuk  mempertanggung jawabkan amalan mereka. Allah Ta’ala berfirman:
كما بدأنا أول خلق نعيده وعدا علينا إنا كنا فاعلين
“Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami  akan mengulanginya, janji dari Kami, sesungguhnya Kami pasti akan  melakukannya.” (QS. Al-Anbiya`: 104)
Ini makna hari akhir secara khusus, walaupun sebenarnya beriman kepada  akhir itu mencakup 3 perkara, dimana siapa saja yang mengingkari salah  satunya maka hakikatnya dia tidak beriman kepada hari akhir. Ketiga  perkara itu adalah:
a.    Mengimani semua yang terjadi di alam barzakh -yaitu alam di antara  dunia dan akhirat- berupa fitnah kubur oleh 2 malaikat, nikmat kubur  bagi yang lulus dari fitnah, dan siksa kubur bagi yang tidak selamat  darinya.
b.    Mengimani tanda-tanda hari kiamat, baik tanda-tanda kecil yang  jumlahnya puluhan, maupun tanda-tanda besar yang para ulama sebutkan  jumlahnya ada 10. Di antaranya: Munculnya Imam Mahdi, keluarnya Dajjal,  turunnya Nabi Isa alaihissalam, keluarnya Ya`juj dan Ma`jun, dan  seterusnya hingga terbitnya matahari dari sebelah barat.
c.    Mengimani semua yang terjadi setelah kebangkitan. Dan kejadian ini  kalau mau diruntut sebagai berikut: Kebangkitan lalu berdiri di padang  mahsyar, lalu telaga, lalu hisab (tanya jawab dan pembagian kitab),  mizan (penimbangan amalan), sirath, neraka, qintharah (titian kedua  setelah shirath), dan terakhir surga.
6.    Beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk.
Maksudnya kita wajib mengimani bahwa semua yang Allah takdirkan, apakah  kejadian yang baik maupun yang buruk, semua itu berasal dari Allah  Ta’ala. Beriman kepada takdir Allah tidak teranggap sempurna hingga  mengimani 4 perkara:
a.    Mengimani bahwa Allah Ta’ala mengimani segala sesuatu kejadian,  yang baik maupun yang buruk. Bahwa Allah mengetahui semua kejadian yang  telah berlalu, yang sedang terjadi, yang belum terjadi, dan semua  kejadian yang tidak jadi terjadi seandainya terjadi maka Allah tahu  bagaimana terjadinya.
Allah Ta’ala berfirman:
لتعلموا أن الله على كل شيء قدير وأن الله قد أحاط بكل شيء علما
“Agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala  sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala  sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 12)
b.    Mengimani bahwa Allah Ta’ala telah menuliskan semua takdir makhluk  di lauh al-mahfuzh, 50.000 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan  bumi.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radhiallahu anhuma dia berkata: Saya  pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah telah menuliskan takdir bagi semua makhluk 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim no. 4797)
c.    Mengimani bahwa tidak ada satupun gerakan dan diamnya makhluk di  langit, di bumi, dan di seluruh alam semesta kecuali semua baru terjadi  setelah Allah menghendaki. Tidaklah makhluk bergerak kecuali dengan  kehendak dan izin-Nya, sebagaimana tidaklah mereka diam dan tidak  bergerak kecuali setelah ada kehendak dan izin dari-Nya.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan kamu tidak dapat menghendaki (mengerjakan sesuatu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At-Takwir: 29)
d.    Mengimani bahwa seluruh makhluk tanpa terkecuali, zat mereka  beserta seluruh sifat dan perbuatan mereka adalah makhluk ciptaan Allah.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
الله خالق كل شيء
“Allah menciptakan segala sesuatu.” (QS. Az-Zumar: 62)
http://al-atsariyyah.com/penjelasan-rukun-iman.html






0 komentar:
Posting Komentar